Surabaya, Indo Merdeka – Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Provinsi Jawa Timur  (Jatim)meminta industri agar meningkatkan protokol kesehatan yang ketat demi mencegah penyebaran covid-19 di lingkungan kerjanya masing-masing. Hal ini disampaikan sebagai respon dari adanya pabrik rokok di Surabaya dan Tulungagung yang karyawannya terpapar covid-19.

“Pengalaman dari dua industri rokok dan usaha retail seperti Pasar Grosir Surabaya (PGS) yang harus tutup, maka kami mendorong industri perkuat dan perketat protokol kesehatan dan pencegahan Covid 19,” kata Adik Dwi Putranto, Ketua Umum Kadin Jatim.

Adik meminta pada pengusaha untuk meningkatkan pengawasan dan menjalankan protokol kesehatan Virus Corona atau Covid-19 dengan ketat dan menjalankan SOP tentang pencegahan penularan virus, mulai dengan menyediakan tempat cuci tangan dan hand sanitizer, pemakaian masker dan menata jarak duduk saat bekerja sesuai dengan aturan physical distancing.

“Terkait dengan karyawan pabrik yang sudah ada yang terpapar virus, tentunya ini menjadi pengalaman pabrik rokok lain dan pabrik yang masih beroperasi untuk melakukan pengawasan yang lebih ketat serta melaksanakan SOP sosial distancing dan physical distancing di lingkungan pabrik. Tentunya kita berharap tidak akan ada karyawan lagi yang terpapar Covid, sehingga akan menghindarkan pabrik tersebut untuk menutup sementara,” tegas Adik di Surabaya.

Protokol yang dimaksud, di antaranya adalah selalu menjalankan SOP (Standart Operasional Prosedur) tentang pencegahan penularan virus, mulai dengan menyediakan tempat cuci tangan dan hand sanitizer, pemakaian masker dan menata jarak duduk saat bekerja sesuai dengan aturan physical distancing.

“Tentunya kami berharap tidak akan ada karyawan lagi yang terpapar Covid, sehingga akan menghindarkan pabrik tersebut untuk menutup sementara,” tambah Adik.
Saat ini memang ada sejumlah perusahaan yang diberi kelonggaran untuk tetap beroperasi karena termasuk industri strategis, diantaranya adalah industri rokok. Industri ini dimasukkan dalam kategori industri strategis karena berorientasi ekspor dan besarnya sumbangan industri tersebut terhadap devisa negara.

Pihaknya juga meminta pemerintah untuk melakukan komunikasi intensif dengan dunia usaha. Terutama kalangan industri manufaktur yang menyerap banyak tenaga kerja, agar tidak mudah melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Terutama selama masa krisis akibat pandemic Covid-19.

Namun demikian, PHK bukanlah pilihan yang tepat, bahkan (PHK) bisa membuat krisis berkepanjangan, sehingga ke depan membutuhkan ongkos mahal untuk recovery.

Kita harus optimis. Seberat apapun ujian akibat Covid 19 ini, pasti akan ada akhirnya, dan insyaAllah segera usai,” ujar Adik. (cak narto)

Bagikan: