Jakarta, Indo Merdeka – “Pakeeet!” Urusan mengirim paket atau menerima pos saat ini sudah sedemikian mudahnya. Bahkan kita tak perlu lagi mendatangi kantor pos, cukup duduk manis di rumah nantinya barang akan dijemput, baik itu selembar dokumen sampai kendaraan roda empat.

Sejarah kantor pos dimulai sejak 2.400 SM, seperti yang dikutip dari World Atlas. Saat itu, seorang firaun di Mesir meminta pengawalnya menyebarkan pengumuman penting ke seluruh desa. Sejak saat itu, setiap kerajaan atau pemerintahan pasti memiliki kurir.

Kemudian fungsi kantor pos diwujudkan di Brussels, Jerman, pada abad ke-16. Ketika itu, keluarga bangsawan, Princely House of Thurn and Taxis, membangun kantor khusus kurir di rumahnya.

Namun hingga saat ini tidak diketahui dengan pasti operasional kantor pos yang sebegitu rumitnya, mulai dari ketentuan penulisan alamat, penyortiran paket dan pos, serta kewajiban menggunakan perangko.

The Postal Museum, museum sejarah kantor pos di Inggris yang punya area kereta pengantar pos bawah tanah, mendata kalau kantor pos pertama di dunia, yang benar-benar modern, terletak di Sanquhar, Skotlandia.

Kantor Pos Sanquhar didirikan pada tahun 1712, lima tahun setelah penyatuan Skotlandia dan Inggris. Keberadaannya sudah diakui oleh Guinness World Records sebagai kantor pos tertua di dunia.

Saat kantor pos dibuka, para tukang pos yang biasa dipanggil “runners” secara harafiah berlarian untuk mengantarkan surat dan parsel.

Pada tahun 1738, kantor pos mulai mencap surat dan kemudian memperkenalkan kuda yang digunakan untuk mengirim surat dan parsel.

Kantor Pos Sanquhar tidak memiliki loket ketika mulai beroperasi. Surat diantar melalui jendela dengan pelanggan mengetuknya, lalu menyerahkan surat mereka dan membayar biaya yang diperlukan.

Belum ada perangko. Tanda bukti pengiriman masih cap tangan.

Jabatan seorang kepala pos sangat bergengsi saat itu, dan selalu dijabat oleh laki-laki yang dianggap cendikiawan di masyarakat, seperti rektor, kepala sekolah, dan juru tulis.

Pada tahun 2014, Kantor Pos Sanquhar sempat ingin dijual karena tak mampu membiayai operasionalnya. Namun setahun kemudian, ada pecinta dunia pos yang membelinya dan membukanya sebagai museum.

Kantor pos tertua di Indonesia

Sama seperti di Mesir, di Indonesia kegiatan surat menyurat juga mulai berlangsung sejak zaman kerajaan Majapahit dan Tarumanegara.

Kantor pos pertama di Indonesia berdiri di Batavia (sekarang Jakarta) pada tanggal 26 Agustus 1746 atas ide Gubernur Jenderal G.W Baron van Imhoff.

Bangunan kantor pos pertama di Batavia awalnya berdiri di Pasar Baru pada tahun 1929, sebelum akhirnya dipindah ke di kawasan Kota agar lebih dekat dengan gedung pemerintahan – yang kini dipelihara menjadi Taman Fatahillah (Kota Tua Jakarta).

Ia berharap, Kantor Pos Pasar Baru bisa mengurus pengiriman dan penerimaan surat-surat penting, terutama dari pelosok Pulau Jawa ke Belanda.

Sebelumnya segala paket dan pos hanya diletakkan di Stadsherbrg atau Gedung Penginapan Kota, sehingga antrean panjang penerima kerap terjadi.

Empat tahun setelahnya, Kantor Pos Semarang dibuka. Rute pengantarannya dari dan ke Batavia-Karawang-Cirebon-Pekalongan-Semarang.

Rute ini melalui jalanan sepanjang 1.000 kilometer yang membentang antara Anyer di Banten hingga Panarukan di Jawa Timur, yang dinamakan Jalan Raya Pos atau De Grote Postweg. Pembangunannya dipimpin oleh Gubernur Herman Willem Daendels. Pembangunannya punya sejarah tersendiri yang tak kalah menarik untuk dipelajari.

Jika dunia merayakan Hari Pos setiap pada 9 Oktober, maka Indonesia merayakan Hari Bakti Postel setiap 27 September. Di hari itu, pada tahun 1945, kantor pos di penjuru Indonesia yang dikuasai Jepang direbut kembali oleh pemuda dan pemudi usai Tanah Air merdeka.

Tak hanya di Jakarta, sejarah kantor pos juga bisa dipelajari di Kantor Pos Besar Yogyakarta, Kantor Pos Besar Bandung dan Kantor Pos Medan.

Gedung Filateli dan Pos Bloc

PT Pos Indonesia terus mencari cara untuk bertahan di tengah gempuran pengantaran paket dan pos yang kian modern saat ini. Gedung Filateli akhirnya dibuka menjadi tempat kongko berbudaya.

Gedung Filateli ialah bangunan Kantor Pos Pasar Baru yang tak lagi terpakai. Arsiteknya asal Belanda, John van Hoytema.

Setelah urusan pos dipindah ke Kantor Pos Kota yang gedungnya dirancang juga oleh arsitek Belanda Ir. R. Baumgartner, Kantor Pos Pasar Baru hanya jadi gudang barang hingga dinamakan Gedung Filateli.

Pos Bloc yang menghuni Gedung Filateli ialah adik dari M Bloc Space yang lebih dulu hadir di Gedung Peruri, Jakarta Selatan. Kedua gedung ini masuk daftar Bangunan Cagar Budaya.

Pos Bloc didirikan dari hasil kolaborasi antara PT Pos Indonesia dengan PT Ruang Kreatif Pos, salah satu anak perusahaan grup usaha Radar Ruang Riang yang mengelola M Bloc Space di Jakarta Selatan.

Pelestarian sejarah tentu saja menjadi fokus utama keberadaan tempat kongko ini. Selain itu, anak muda juga diajak untuk mengapresiasi produk lokal yang dihadirkan oleh pelaku ekonomi kreatif sampai seniman di sana.

“Diharapkan berbagai aktivitas di Pos Bloc nantinya akan memiliki dampak sosial serta ekonomi bagi lingkungan sekitar,” kata Program Director M Bloc Group, Wendi Putranto, dalam jumpa pers pada beberapa waktu yang lalu.

Setelah wisata sejarah di Kantor Pos Kota dan Gedung Filateli, jangan lupa juga menyambangi Museum Perangko Indonesia di Taman Mini Indonesia.

Ketiga “rute napak tilas” ini sudah pasti bisa menambah wawasan mengenai sejarah dan legenda surat menyurat di Indonesia.

Sumber : CNN Indonesia

Bagikan: