oleh Erwin Jose Rizal

wartawan www.Indomerdeka.com

Perkembangan e comerce dunia semakin tumbuh berkembang, disisi lain e comerce milenial terus bermunculan dan tidak tinggal diam, e comerce milenial justru telah mampu ekspansi memanfaatkan digital global sampai ke luar negeri. Selain itu, e comerce milenial semakin berkomplementer dengan ekonomi konvensional menyasar kalangan milenial di pasar virtual.

Ditengah kehadiran e comerce milenial yang tergolong masih baru itu. Kehadiran e comerce masih juga disoal oleh sebagian kalangan sampai sekarang.

Spirit aktualisasi di pelopori oleh Sarekat Dagang Islam, SDI, perkumpulan usahawan non negara di awal abad 19 berpusat di Desa Lawean, Solo, Jawa Tengah, saat ketika menghadapi liberalisasi.

Aktualisasi adalah kebutuhan tertinggi selain kebutuhan fisik sebagai kebutuhan dasar dari individu. Abraham Maslow mengatakan aktualisasi adalah kebutuhan manusia hidup yang tertinggi, sedang kebutuhan fisik adalah kebutuhan dasar seperti makan minum.

Pada bulan September 2021, Parlemen mengundang 4 pelaku e comerce besar untuk mengetahui dinamika seluk beluk dan persoalan pada e comerce milenial ditengah eksistensi e comerce yang makin dibutuhkan untuk panetrasi pasar dan adopsi pasar.

Pasar yang dimaksud sesuai dengan berdasar pandangan hidup atas Pancasila dan UUD 1945 khususnya Pasal 33 yang disosialisasikan dalam 4 Pilar oleh MPR RI, yang mengatur tentang kedaulatan ekonomi..

Tulisan ini dimaksudkan dalam rangka memaknai Hari Pahlawan 10 November kekinian yang telah berusia 76 Tahun dengan pendekatan Aktualisasi serta motivasi spirit dibalik e comerce itu.

Apabila gelar atau Har Pahlawan yang kita kenal selama ini adalah penghargaan untuk bagi mereka yang telah berjuang untuk Kemerdekaan.

Generasi milenial hari ini juga secara sadar atau tidak, sedang menyiapkan diri akan jadi pemimpin dimasa mendatang. Mereka inilah yang sedang menapaki medan baru saat ini dan yang akan datang. Dahulu palagan para
Pahlawan dipahami dengan perjuangan bersenjata dan bertaruh jiwa melawan penjajahan. Dimasa mengisi kemerdekaan saat sekarang
spektrumnya berbeda dan tidak tambah ringan di era ekonomi e comerce zaman now.

Pasar Cepat
E comerce adalah sistim perdagangan bebas melalui aplikasi elektronik yang bersifat global tanpa batas.

Sejurus waktu yang berbeda pasar telah mengalami campuran di abad 21.
Usahawan e comerce milenial yang merubah pasar ini juga mengalami benturan baru di era domain dari pada pemanfaatan aplikasi teknologi cyber yang sama sekali mengandalkan satelit dan komunikasi untuk masuk kedalam siatim jasa ekonomi produksi dan perdagangan global.

Disatu sisi pasar e comerce menganut pasar terbuka sebagai mekanisme memaksimalkan kecepatan hasil, adopsi pasar, harga yang kompetiitf adalah ciri khas dari e comerce yang bermain pada perputaran ekonomi persaingan cepat. Yang embrionya dan arsiteknya lahir dari tangan dingin para milenial

Dimana ketika e comerce tak bisa dibendung lagi sebagai salah satu channel ekonomi pasar terbaru dunia lewat memanfaatkan sistim kecepatan internet dan peralatan komunikasi elektronik atau dikenal sebagai pasar cyber atau pasar virtual yang tidak harus bertemu fisik tatap muka, yang makin diperhitungkan oleh banyak pihak kerena perannya yang terus semakin bertambah besar dalam ekonomi baru yang semakin terintegrasi.

Yang ciri ciri dari pada chanel baru itu memberi ruang berkompetisi per menit per hari ke hari untuk mengadopsi pasar. Yang outcome nya untuk bagi yang eksis hasilnya adalah e comerce milenial tidak hanya sekedar eksis tapi semakin tumbuh asetnya bertambah, bahkan ekspansi ke luar negeri sampai go publik di pasar bursa saham.

Mulai dari pojok rumah sampai pojok kota, semua, sekarang ini telah kenal dengan istilah, Ongkir, Belanja on Line, COD, mBanking untuk transaksi yang sudah familiar dalam bisnis e comerce yang jadi idiom bahasa terbaru dari para milenial yang berkembang pesat saat ekonomi ikut terserang imbas Pandemi Covid – 19.

Benturan Lawean
Pada masa liberalisme masuk deras sekali di akhir abad 18 setelah dibukanya ekonomi terbuka, mulai dari industri gula sampai perkebunan, sedang yang menggunakan teknologi impor ditandai dimulai dari pembangunan Jalan Darat baru, Jalur Kereta Api dan Lokomotifnya sampai dengan pembangunan Pelabuhan Laut yang terintegrasi untuk kemudahan distribusi komoditi dari atau ke Eropa.

Sesudah itu, kemudian, diikuti lagi dengan kebijakan pembukaan silabus Pendidikan Barat, Kebebasan Berkumpul sebagai mekanisme partisiapasi check and balances, serta dibentuknya Parlemen dalam bentuk Volksraad,

Keguncangan lalu tiba tiba muncul di tengah masarakat.
Serekat Dagang Islam, SDI, berdiri tahun 1905 sebagai tempat wadah perkumpulan untuk aktualisasi Saudagar ketika berhadapan dengan masuknya liberalisme yang mengistimewakan usahawan baru yang terjun di industri Batik di Solo yang di fasilitasi oleh pemerintah. Yang akhirnya menimbulkan pergesekan. Penyebabnya kerena Saudagar Serekat Dagang Islam digolongkan usahawan Kelas Tiga setelah Eropa dan Timur Jauh.

Yang dalam perjalanan pergerakan politik ekonomi kemudian terungkap bahwa pembangunan ekonomi telah melahirkan ketimpangan gap eksploitasi ekonomi tidak terkecuali korbannya dari Saudagar yang tergabung didalam Sarekat Dagang Islam. Hingga lalu melahirkan pergerakan perjuangan yang menginspirasi sampai dengan melahirkan kesadaran baru yakni untuk jadi Bangsa Merdeka yang dipelopori oleh kaum muda ketika puncak dari pada ekonomi liberal membawa berpeti peti devisa ke luar negeri, sementara warganya hanya cuma cukup untuk makan sebenggol sehari.

Situasi generasi milenial hari ini juga sedang menghadapi perjuangan benturan yang mirip yakni dengan masuknya liberalisme e comerce yang meraja lela secara global lewat pasar persaingan sempurna yang bebas keluar masuk ke pasar e comerce.

Modernisasi pertama korbannya adalah Saudagar Sarekat Dagang Islam di Desa Lawean di pinggiran sungai di Solo di abad 19.
Suara protes Saudagar Batik Solo ini menariknya justru tidak dengan jalan mogok produksi, tetapi sebaliknya justru dengan tetap berproduksi menjalankan kedaulatan ekonomi dengan tanpa henti meski tanpa fasilitasi dari pemerintah.

Kaum saudagar di Lawean tetap terus berproduksi Batik meski lewat cara tradisional saat ekonomi liberal diterapkan ketika itu. Hasilnya, hingga sampai sekarang pusat Batik Solo tetap hidup di Lawean, dari mulai berproduksi dengan corak Batik termurah sampai dengan yang termahal berkualitas tinggi. Dan sampai sekarang juga masih banyak pembeli yang membeli kemeja Batik di Lawean Solo, demi agar bisa merasakan aura pergerakan perjuangan pada zaman dahulu.

Pada tahun 1950 an di masa Presiden Soekarno berkuasa. Soekarno menetapkan pejuang kedaulatan ekonomi pendiri SDI Samanhudi sebagai Pahlawan Perintis Kemerdekaan. Dan, saat Samanhudi meninggal dunia. Samanhudi dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum, TPU, masih di sekitar Lawean, Solo, Jawa Tengah.

Bertemu Parlemen
Meski sudah berselang 1 abad lebih, usahawan e comerce milenial mengalami nuansa benturan baru dan berbeda di era domain dari pada pemanfaatan aplikasi teknologi cyber yang sama sekali mengandalkan satelit dan komunikasi untuk masuk kedalam siatim jasa ekonomi produksi dan perdagangan global.

Disatu sisi pasar e comerce menganut pasar terbuka sebagai mekanisme memaksimalkan kecepatan hasil, adopsi pasar, harga yang kompetiitf adalah ciri khas dari e comerce yang bermain pada perputaran ekonomi persaingan cepat. Yang embrionya dan arsiteknya lahir dari tangan dingin para milenial.

Pada saat 4 pelaku e comerce besar di undang oleh Komisi VI yang membidangi Perdagangan di DPR RI dengan agenda Rapat Dengar Pendapat Umum pada tanggal 15 September 2021 yang dipimpin oleh anggota DPR/MPR RI yang juga wakil Ketua Komisi VI Gde Sumarjaya Linggih

Rapat digelar langsung secara fisik dan virtual di tengah pandemi Covid-19. Yang hadir adalah 4 usahawan muda milenial e comerce dari gender perempuan dan pria. Yang bertanya dari anggota DPR RI juga dari kalangan perempuan dan pria.

Tema rapatnya seputar tentang bisnis e comerce dan masalah bisnis e comerce yang banyak jadi pemberitaan, dan menjadi sorotan publik, serta pebisnis mancanegara yang ingin masuk kedalam pasar e comerce yang sama.

Pertemuan yang awalnya rapat resmi di Komisi VI berubah berbalik jadi mengkritisi usaha e comerce milenial yang dibanguni oleh anak anak baru gede, ABG.

E comerce sampai digugat karena di asumsikan sebagai bisnis membakar uang, menjual harga produk lebih murah dan membawa kepentingan asing lewat impor dari luar negeri.

Selama rapat berlangsung dalam tempo selama 3 jam, para usahawan e comerce milenial dianggap seakan sebagai terdakwa di era pasar baru virtual dengan cara memanfaatkan ekonomi guna memuluskan supply chain Asing, tidak punya Nasionalisme dengan menjual produk Asing lewat harga murah, serta menarik potongan dari konten penggunanya yang dinilai cukup besar.

Sementara ekonomi e comerce sebagai penggerak ekonomi pasar terbaru yang terus melanda dunia bebas sebebasnya dalam menggunakan aplikasi internet lewat telepon genggam. Dengan sasarannya adalah pasar milenial yang bebas untuk bagi yang tidak Gaptek. Yang dari segi bisnis akan menguntungkan sangat lewat formula jumlah penjualan akumulatif yang berbeda metode.

Walau meski pertanyaaan pertanyaan dari DPR RI yang disampaikan cukup tajam. Akan tapi malah jawaban usahawan muda yang bergerak di bidang e comerce kepada Parlemen tidak kalah mencerahkan dan malah bisa menenangkan rapat resmi sehingga semakin membikin terang motif aktualisasi dan motivasi atas sifat dan model bisnis e comerce milenial.

Dengan Semangat Muda yang sangat tenang dijelaskan, bahwa e comerce adalah bisnis hati nurani mengutamakan pelayanan, kepercayaan dan mutu ditengah persaingan dengan e comerce asing atau pilihannya akan ditinggal oleh customer sama dengan usaha yang lainnya di pasar fisik off line.

Di pasar e comerce begitu muncul e comerce baru berarti akan langsung terjadi persaingan terbuka baru secara tajam berhadap hadapan dengan yang telah terlebih dahulu berdiri dan berusaha. Sehingga tidak mudah dan memungkinkan jatuh bangun dalam usaha bisnis e comerce.

E comerce milenial itu dibangun dimulai dari sejak dari bawah dari tidak ada apa apanya dengan berkerja tanpa gaji dengan posisi sebagai bos sekaligus karyawan.

Sebelumnya sudah banyak melamar untuk berkerja, hasilnya surat lamaran ditolak. Berkerja sama dengan off line pengusaha besar, hasilnya juga ditolak. Terakhir mereka itu sekarang sudah jadi pesaing didalam usaha e comerce yang sama kekinian dengan target pasar yang sama yaitu pasar milenial yang jumlahnya 40 persen dari 265 juta jumlah penduduk Indonesia.

Dengan perkataan lain, saat ketika di awal awal hanya cuma punya ide ide saja di bisnis on line. Hasilnya tidak akan ada yang merespon dari siapapun, termasuk pengusaha besar.

Apalagi dengan status sebagai warga Jakarta sebagai perantau, jika apabila tidak berkerja resikonya adalah tak bisa makan untuk kesehari hariannya. Sedang dikampung atau merantau dari awal tidak punya harta warisan dari orang tua terkecuali science ilmu pengetahuan yang didapat dari bekal saat bersekolah. Jadi, apa apa yang mau di makan di Jakarta caranya harus berkerja berusaha.

Maknanya, hidup di Jakarta dituntut harus berkerja, kalau mau makan dituntut harus berusaha. Dirantau, apabila tidak punya saudara, jikalau perut lapar, lantas siapa yang akan mau memberi
makan jika hanya cuma jadi pengangguran.

Bahwa e comerce milenial didirikan ditengah tengah saat sulitnya peluang kerja. E comerce milenial dimulai dari sejak usaha kecil kecilan dengan melibatkan pekerja sepaham yang mengerti teknologi informasi dan yang mengerti berdagang.

Apabila e comerce selalu dipertanyakan menjual produk yang di dominasi oleh elektronik impor Asing. Jawabannya karena sebab mayoritas barang elektronik di pasar konvesional juga asalnya dari impor yang telah berlangsung sejak lama. Usaha e comerce justru melakukan terobosan baru dengan memotong rantai pasok yang panjang sehingga harga lebih menarik bagi pembeli selain tidak menggaji karyawan selayaknya membuka sebuah toko off line.

Sebab dari maraknya elektronik impor itu merupakan kesalahan strategi industri awalnya. Pejabat Kementerian Perindustrian mengatakan kemudian, pada tahun 1980 an produsen semi konduktor atau chip dari Amerika Serikat yang jadi nyawa industri elektronik memilih keluar hengkang karena tidak di izinkan memproduksi dengan menggunakan teknologi robot di Cibubur, pinggiran Jakarta.

Usahawan e comerce milenial kemudian membongkar contoh lain lagi soal produk impor, yakni semisalnya panganan Martabak Manis yang di jual sampai di pelosok. Siapa sangka kalau bahan Terigunya dari Gandum yang berasal dari impor sejak lama.

Namun saat e comerce membuka replacement product dengan konten Menu Rendang masakan asal Minangkabau, kuliner dalam negeri dengan berkolaborasi dengan pengusaha Rumah Makan Padang yang membuka lapangan kerja lewat ekonomi digital, sebaliknya malah justru tidak ada seorang yang mau ikut mempertanyakannya. Padahal peminat kuliner masakan Padang termasuk yang tinggi di e comerce kusus makanan.

Di akhir rapat, disepakati sebagai catatan antara lain yakni Parlemen meminta agar e comerce yang sudah besar memberikan pelatihan lewat dana CSR perusahaan kepada generasi milenial, atau individu yang akan membiayai sendiri untuk pelatihan untuk konstituen partai yang bergerak dibidang UMKM agar naik kelas dengan mengembangkan e comerce di 34 Propinsi yang pasarnya sampai ke negara tetangga. Atau apa yang bisa kami suarakan lewat Komisi VI untuk diusulkan kepada mitra kerja Komisi VI yang terdiri dari sejumlah Kementerian.

Yang diantara pelaku e comerce itu sendiri telah ada yang sudah ekspansi membuka cabang untuk melayani customer di luar negeri sesuai aturan di negara setempat.

Wacana dan spirit yang terbuka dan terpantau dalam rapat dengan pelaku e comerce milenial kini masih aktual menjadi orientasi bisnis baru bagi buat kalangan milenial lewat kolaborasi kerjasama ekonomi baru dalam rangka aktualisasi antar generasi milenial sebagai penggeraknya dan konsumennya.

Kesimpulan
Spirit aktualisasi usahawan e comerce tidak kalah daya dobraknya dibandingkan dengan SDI yang lebih dulu lahir dalam menjaga kedaulatan ekonomi. Berbeda zaman maka berbeda pula cara dalam memaknai tantangan ekonomi zamannya.

Bentuk dan senjata kekiniannya adalah aktualisasi kreatifitas dan oportunitas untuk bisa masuk kedalam era pasar virtual ekonomi teknologi cyber yang tengah mendunia.

Hadirnya generasi milenial yang punya niat berani dan berani muncul bersaing dengan e comerce global liberal. Telah menyadarkan bahwa sistim perdagangan baru terus berkembang.
Generasi milenial mereka inilah yang sampai sekarang masih terus menjaga dan mengeksplor e comerce milenial dari gempuran asing, dengan tanpa uang negara meski diantaranya menggunakan uang publik di pasar bursa. Berbeda dengan sebagian BUMN yang masih menyusui pada Penyertaan Modal Negara dari APBN bersumber dari pajak uang rakyat.

Walaupun e comerce Merah Putih masih berusia seumur jagung e comerce milenial telah menanamkan harapan baru di era virtual bahwa pemuda milenial ternyata tidak cengeng cengeng amat, berkemajuan, tak tertinggal tinggal amat di dunia e comerce virtual global. Semula tidak pernah membayangkan bahwa e comerce telah ada di depan mata warga dunia bahwa yang memulainya adalah para generasi milenial.

Intennya hegemoni asing dalam pasar e comerce selain jadi pesaing, juga jadi tantangan baru sekaligus peluang buat e comerce milenial untuk tumbuh berkembang secara global. Pasar virtual ini juga nmemberi ruang tumbuhnya produksi nasional untuk berkembang sebesar besarnya.

Saran
Pembekalan Sosialisasi 4 Pilar kepada milenial yang kemudian diterjemahkan pada bidang lain adalah bakal bekal tata nilai dasar yang amat vital di introdusirkan. Untuk itu, jangan pernah cepat bosan saat meng introdusir 4 Pilar agar menjadi habit warga bangsa.

Bahwa masih banyak yang cinta pada negara ini walau di panggung tidak muncul. Tidak kenal maka tidak cinta. Ada masalah tidak pasrah, peluang adalah ruang berkembang.*

Bagikan: