Jakarta, Indo Merdeka –  Ekonom senior Faisal Basri menilai pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak sejalan dengan masuknya investasi asing di dalam negeri semasa pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini dikatakan terus lambat.

Ia menjelaskan pertumbuhan ekonomi sudah melambat dari 8 persen menjadi 7 persen pada 1980-an dan jelang krisis 1998. Lalu pada 2005 perlambatan terus terjadi hingga 2012 menjadi 6 persen.

Ia mengatakan perlambatan terus terjadi pada era pemerintahan Jokowi dalam periode pertama 2014-2019 lantaran hanya menghasilkan pertumbuhan ekonomi rata-rata 5 persen.

Perlambatan itu dikatakan tidak sesuai sebab terjadi di tengah mengalir deras investasi asing ke Indonesia.

“Padahal era Jokowi pertama itu gelombang investasi mencapai arus tertinggi sepanjang sejarah yaitu 34 persen terhadap produk domestik bruto,” kata Faisal secara daring, Sabtu (4/12).

“Dan tertinggi juga di ASEAN dan lebih tinggi ketimbang kelompok negara untuk rerata pendapatan menengah bawah bahkan menengah atas sekalipun. Bahkan relatif jauh lebih tinggi dari Rusia, China, atau Afrika Selatan,” sambung Faisal kemudian.

Ia juga menyebut dalam lima tahun terakhir Indonesia hampir selalu masuk dalam 20 besar negara tujuan investasi asing secara langsung.

“Tapi ini tidak sejalan dengan penguatan industrialisasi. Peranan industri manufaktur terus mengalami penurunan hingga mencapai titik terendah sejak 30 tahun silam. Kembali di bawah 20 persen dari PDB,” kata dia.

Hal tersebut juga yang dikatakan dia membuat sektor informal mendominasi dan menjadi mayoritas.

Faisal memberi contoh pada 2019, dari 26 juta unit usaha tercatat, 98,6 persen di antaranya merupakan usaha mikro yang identik usaha informal. Usaha mikro menjadi tumpuan kehidupan rakyat karena mampu menyerap 89 persen pekerja.

“Maka tidak heran penduduk dengan pengeluaran Rp25 ribu sehari masih sangat banyak. Ada 52 persen pada 2019,” ujar Faisal.

“Bandingkan dengan Korea Selatan yang nyaris nihil, Malaysia 2,9 persen, Thailand 6,2 persen, China 24 persen. Padahal negara itu memulai tahap pembangunan pascaperang dunia dua dengan tingkat kesejahteraan setara,” ucap dia lagi.

Lebih lanjut, Faisal bilang tantangan ke depan Indonesia akan lebih berat jika terus menggunakan cara lama. Selain itu generasi mileneal dan Z yang mencapai 54 persen dari penduduk Indonesia pasti akan sangat terbebani berbagai hal termasuk perubahan iklim dan eksploitasi sumber daya alam.

Selain itu generasi muda juga akan menanggung beban utang tinggi dan dampak pandemi yang telah mengubah segala aspek.

Sumber : CNN Indonesia

Bagikan: