Jakarta, Indo Merdeka – Nilai tukar rupiah berada di posisi Rp14.392 per dolar AS di perdagangan pasar spot pada Senin (7/2) pagi. Mata uang Garuda melemah 12 poin atau 0,08 persen dari perdagangan sebelumnya, yakni Rp14.380 per dolar AS.

Sementara, mata uang di Asia bergerak bervariasi pagi ini. Tercatat, yen Jepang melemah 0,06 persen, dolar Hong Kong melemah 0,03 persen, dolar Singapura menguat 0,01 persen, baht Thailand menguat 0,32 persen, dan won Korea Selatan melemah 0,11 persen.

Kemudian, ringgit Malaysia melemah 0,11 persen, peso Filipina melemah 0,27 persen, dan yuan China menguat 0,07 persen.

Sebaliknya, mayoritas mata uang di negara maju menguat pagi ini. Terpantau, poundsterling Inggris menguat 0,01 persen, dolar Kanada menguat 0,15 persen, dolar Australia naik 0,06 persen, dan franc Swiss stagnan.

Analis Pasar Uang Ariston Tjendra memproyeksikan rupiah tertekan terhadap dolar AS hari ini dengan potensi pelemahan ke arah Rp14.400-Rp14.420 dan area support di kisaran Rp14.350.

 Ia menilai tekanan terhadap rupiah datang dari ancaman kenaikan harga minyak mentah global yang mendekati US$100 per barel.

Ariston menjelaskan Indonesia bisa mendapatkan dampak negatif dari kenaikan inflasi yang disebabkan kenaikan harga energi.

“Kenaikan harga minyak mentah juga berdampak ke penurunan surplus neraca perdagangan karena Indonesia adalah net importir minyak mentah. Bila neraca perdagangan sampai defisit lagi, rupiah bisa melemah,” jelasnya.

Di sisi lain, Ariston menilai tekanan terhadap rupiah juga berasal dari kenaikan imbal hasil (yield) obligasi Pemerintah AS. Ia menuturkan yield tenor 10 tahun sudah menyentuh kisaran 1,9 persen, level yang belum pernah disentuh sejak Januari 2020.

Selain itu, ia melihat kenaikan infeksi covid-19 akibat penyebaran varian omicron juga berpotensi menjegal rupiah hari ini.

“Situasi penularan yang terus meningkat di Tanah Air juga meningkatkan kekhawatiran pasar yang bisa menekan rupiah,” pungkasnya.

Sumber: CNN Indonesia

Bagikan: