Jakarta, Indo Merdeka  – Sangat sangat mengejutkan baru pertama kali peneliti Parlemen asal Indonesia memperoleh kesempatan diundang oleh Ketua DPR Inggris Raya Sir Lindsay Hoeyle yang berasal dari oposisi dari Partai Buruh.

“Bagi saya ini adalah kesempatan langka sebagai mantan peneliti di Parlemen seperti saya,”katanya.

Hal ini dikatakan Guru Besar riset DPR RI Poltak Partogi Nainggolan di Jakarta, Rabu (5/10/2022) menjelang pembukaan pertemuan Parlemen P20 di Gedung DPR RI.

Pertama, kita bisa berbicara langsung di luar Inggris dengan Ketua Parlemen Inggris Raya dengan secara terbuka atas banyak isu internasional.

Yang atmosfirnya sangat berbeda sekali dengan karakter DPR 1. Bahwa alhasil Pemilu dari pemilihan langsung malah justru bertambah ikut menebalkan feodalisme dan in human kepada peneliti Parlemen saat itu.

Parlemen Inggris, katanya, justru sangat mumpuni dalam soal data dan penelitian dalam hal kerja kerja Parlemen sebagai penyerap aspirasi rakyat yang dibuat melalui oleh para peneliti itu tadi, jelas Partogi yang kini bermigrasi jadi peneliti BRIN dahulu LIPI.

“Bahwa DPR kita memang menerima hasil hasil produk riset dari peneliti termasuk brief isu isu internasional. Akan tetapi penelitinya tidak bisa bertemu dengan DPR 1 bahkan dengan anggota DPR”, ungkapnya terang terangan.

“Padahal itu Sir Hoeyle kurang apa pentingnya di Westminster, pusat Parlemen Inggris. Justru sangat Welcome dengan peneliti Parlemen sekelas Indonesia kita “, ungkapnya.

Tentang perihal siapa sebenarnya sosok Sir Hoeyle, jelas Partogi, itu bisa dilihat jejaknya di BBC, Inggris. Dia politisi jempolan dari Partai Buruh yang berhasil mimpin debat debat terbuka dengan mantan Perdana Menteri yang bikin Boris Johnson terjungkal, dan Liz Truss harus melakukan koreksi atas kebijakan fiskal mini budget dengan konsep ‘U Turn’ untuk selamatkan nilai tukar Poundsterling dan Inggris Raya sebagai pelopor kekuatan ekonomi dunia.

“Di DPR kita boro boro bisa berkelakar dan diskusi politik ekonomi serius dengan politisi, apalagi dengan DPR 1. Politiknya begitu berjarak seperti jarak penguasa dan rakyat yang lebar”, tegasnya.

Sebelumnya Ketua DPR Inggris, Rt. Hon.Sir Lindsay Hoeyle, MP, beramah- tamah dengan para alumni Inggris penerima beasiswa bergengsi, Chevening Scholarship, pada acara resepsi malam hari di Jakarta pada tanggal 3 Oktober 2022.

Yang salah satu alumnus Inggris itu adalah Prof Dr. Poltak Partogi Nainggolan yang dapat kesempatan bertukar pandangan tentang stabilitas politik Inggris jangka panjang pasca-lengsernya PM Boris Johnson, dan kebijakan pajak baru dalam program mini budget, yang telah diluncurkan PM baru Liz Truss dari Partai Konservatif, Tory.

Kebijakan tersebut yang semula bertujuan untuk memulihkan ekonomi Inggris dari krisis, outcome nya malah menjadi sangat bermasalah dan membuat blunder sebab telah menyebabkan jatuhnya nilai mata uang Poundstrerling dari US Dollar secara drastis yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Untuk mengerem kejatuhan yang lebih parah, PM Truss dalam hitungan beberapa hari saja harus langsung mengeluarkan kebijakan koreksi baru ‘U Turn’. Langkah ini sejurus berhasil segera menaikkan nilai Pounsdsterling dari US Dollar, walau masih tipis. Namun, optimisme telah muncul, sekaligus menjawab kekuatiran dunia terhadap kemungkinan turunnya status Inggris dari negara maju menuju negara pariah.

“Optimisme yang tidak dibuat-buat tampak dari sikap yang diperlihatkan dan ekspresi dari raut muka Hon. Sir Hoeyle, sekalipun ia berada dari kubu oposisi, yakni Partai Buruh. Sebaliknya Ketua DPR Inggris itu malah masih tampak terheran saat diskusi dengan kami, sejurus mengetahui masih lemahnya peran riset di Parlemen buat negara Indonesia yang sebesar benua Eropa ini”, papar Partogi.

Ia malah lebih heran lagi saat mendengar adanya hubungan yang sangat berjarak antara Ketua DPR dan periset staf Parlemen guna untuk memperoleh kesempatan berdiskusi yang secara hangat dan akrab.

“Hal ini tentu saja bagi peneliti akan memberikan kegembiraan bagi periset yang pernah mem-back-up parlemen lebih dari tiga dasawarsa lalu kususnya atas karakter DPR 1, tidak kecuali di periode DPR kini juga tidak pernah dapat bisa bertemu langsung dengan mereka yang telah dilayaninya dengan penyediaan materi-materi ilmiah untuk kebutuhan mereka di sidang-sidang, termasuk di fora internasional”, kata peneliti Parlemen alumni UI, Jakarta yang bukan kaleng kaleng ini.

Bagikan: