Palembang – Badan Narkotika Nasional membongkar kasus pencucian uang dari dua jaringan narkotika dengan total aset senilai Rp. 64.055.001.829,26. Pengungkapan ini
merupakan bentuk keseriusan BNN dalam memutus mata rantai peredaran gelap
narkotika dengan memiskinkan para bandar.BNN mengamankan empat orang tersangka dalam pengungkapan TPPU dari dua jaringan ini. Tiga tersangka berasal dari jaringan Malaysia – Palembang dan satu tersangka dari jaringan Aceh – Palembang.

Deputi Pemberantasan BNN RI, Irjen. Pol. Drs. I Wayan Sugiri, S.H., S.I.K., M.Si mengatakan, sejumlah barang bukti telah disita dari kedua
jaringan tersebut, berikut rincinanya :
• Uang tunai dalam rupiah maupun valuta asing total sebesar Rp. 278.886.782,26
• Uang dalam rekening total sebesar Rp. 999.323.047,00
• Aset tidak bergerak berupa bangunan rumah, ruko, dan tanah total senilai Rp.
60.200.000.000
• Aset bergerak berupa perhiasan, telepon genggam, kendaraan roda dua, dan roda
empat total senilai Rp. 2.576.792.000,00
Adapun kronologis pengungkapan TPPU dari kedua jaringan narkotika tersebut sebagai
berikut.

Dia menjelaskan, TPPU Narkotika Jaringan Malaysia – PalembangTindak pidana pencucian uang ini berawal dari terungkapnya tindak pidana narkotika Jaringan AC oleh BNN pada Bulan Mei 2024.

Petugas BNN yang mendapatkan
informasi dari masyarakat melakukan penangkapan terhadap tersangka berinisial AT
alias WH dan LM pada saat melakukan transaksi narkotika. Keduanya diamankan petugas di Jalan Sei Seputih, Kota Palembang, Sumatera
Selatan dengan barang bukti satu kantong berwarna krem berisi sabu seberat 1.044
gram, pada Jumat (24/5). Berdasarkan penyidikan lebih lanjut diketahui bahwa narkotika yang berasal dari Malaysia menuju Palembang melalui Pekanbaru tersebut berada di
bawah kendali dua orang pria berinisial HE alias AT dan HI alias AC.

Keduanya kemudian ditangkap di dua lokasi berbeda, HE alias AT ditangkap di Bali dan HI alias ACditangkap di Palembang, Sumsel. Sementara seorang pria berkewarganegaraan
Malaysia berinisial KOH yang merupakan pengendali kurir pengirim sabu kepada HE alias AT tersebut kini masuk dalam DPO.

Usai penangkapan para tersangka, penyidik TPPU selanjutnya melakukan analisa
transaksi keuangan guna menemukan bukti pencucian uang dalam kasus tersebut.
Hasilnya penyidik menemukan sejumlah aliran dana transaksi narkotika yang dilakukan
para tersangka melalui beberapa rekening bank dengan menggunakan nama pribadi
maupun orang lain. Berikut barang barang bukti sejumlah aset yang telah disita oleh
penyidik antara lain:

Terasangka HI alias AC
– Aset tidak bergerak senilai
Rp. 26.500.000.000,00
– Aset bergerak (mobil) senilai
Rp. 400.000.000,00
– Uang tunai dalam valuta asing senilai Rp. 112.886.782,26
– Uang tunai dalam rupiah sebesar
Rp. 136.000.000,00
– Uang dalam rekening sebesar
Rp. 999.323.047,00
Tersangka LM
Aset tidak bergerak senilai
Rp. 6.700.000.000,00
Tersangka AT alias WH
Aset tidak bergerak senilai
Rp. 7.000.000.000,00

Para tersangka diketahui melakukan TPPU dengan menggunakan modus nomine,
u turn, tarik dan setor tunai, serta menyamarkan dalam bentuk aset baik dengan nama
pribadi maupun pihak lain. Saat ini seluruh aset milik para tersangka telah disita guna
proses lebih lanjut, 3 orang pelaku TPPU telah diamankan, sementara 3 pelaku lain KOH
(DPO TPA) selaku sumber narkotika, RA istri kedua tersangka AT alias WH (DPO TPPU)
sbg pemilik rekening yang dikuasi AT alias WH, dan AC (DPO TPPU) sebagai pemilik
rekening yang dikuasai oleh HI alias AC.
Ketiga tersangka dalam kasus ini dikenakan pasal 137 Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 tentang Narkotika dan pasal 3, 4, dan 5 Undang-Undang Nomor 8 Tahun
2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang dengan
pidana maksimal 20 tahun penjara.
TPPU Narkotika Jaringan Aceh – Palembang
Bermula dari temuan barang bukti non narkotika yang melibatkan narapidana
berinisial NH dan MM, penyidik Direktorat TPPU BNN kemudian melakukan analisa,
penyelidikan, dan pemeriksaan terhadap barang bukti tersebut.

Berdasarkan hasil penelusuran terhadap transaksi keuangan yang dikuasai narapidana berinisial NH dan MM, penyidik BNN bekerjasama dengan PPATK mendapatkan adanya aliran dana transaksi narkotika dari rekening NH dan MM ke rekening pihak ketiga yang dikuasai oleh tersangka AS alias YD. AS alias YD diketahui merupakan seorang residivis kasus narkotika dengan hukuman pidana 11 tahun pada tahun 2011.

Terpidana narkotika NH dalam rentang waktu tahun 2014 – 2019 diketahui mentransfer uang hasil peredaran gelap narkotika total sejumlah Rp. 13.501.725.000,00 dengan frekuensi 340 kali transaksi. Sementara terpidana narkotika MM dalam rentan waktu tahun 2014 – 2016 telah mentransfer uang hasil peredaran gelap narkotika total sejumlah Rp 155.700.000,00 dengan frekuensi 4 kali transaksi.

Berikut sejumlah aset
TPPU yang telah disita dari tangan AS alias YD
– Uang Tunai sebesar
Rp. 30.000.000,00
– 19 perhiasan senilai
Rp. 329.292.000,00
– 9 telepon genggam senilai
Rp. 52.500.000,00
– Aset tidak bergerak (4 ruko dan 4 rumah) senilai
Rp. 20.000.000.000,00
– Aset bergerak (5 mobil dan 5 motor) senilai
Rp. 1.795.000.000,00.

Beberapa modus pencucian uang yang dilakukan oleh tersangka AS alias Yudi yaitu modus use nominee, structuring, u turn, modus pembelian aset dan barang mewah atas nama orang lain, serta modus transaksi pass by.

Kini seluruh aset tersebut telah disita untuk dilakukan proses hukum lebih lanjut.
Tersangka AS alias YD disangkakan pasal 137 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009
tentang Narkotika dan pasal 3, 4 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang
Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.Putus Mata Rantai Peredaran Gelap NarkotikaBNN menyadari bahwa uang adalah kekuatan utama dari tindak pidana narkotika yang sesungguhnya.

Oleh karena itu, penulusuran terhadap aliran uang maupun berbagai manifestasi dalam bentuk aset lainnya pada peredaran gelap narkotika, terus dilakukan BNN sebagaimana penelusuran terhadap dua jaringan yang diungkap pada hari ini.

Penyitaan berbagai aset dari pencucian uang tindak pidana narkotika inimerupakan wujud tekad BNN dalam memutus mata rantai jaringan narkotika di Indonesia. Strategi memiskinkan para bandar narkotika yang dilakukan BNN, diharapkan dapat melemahkan jaringan yang berakhir pada putusnya rantai bisnis narkotika
tersebut.

Pengungkapan TPPU ini juga merupakan bentuk penegasan kepada masyarakat,bahwa negara hadir untuk melindungi dan menyelamatkan bangsa dari ancaman kejahatan narkotika. BNN berharap masyarakat juga dapat turut berpartisipasi secaraaktif dalam menjaga diri dan lingkungannya untuk menciptakan lndonesia Bersinar, Indonesia bersih dari narkoba.

 

Ditempat yang sama, Kepala Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia (BNN RI), Marthinus Hukom, S.I.K., M.Si. mengatakan, upaya penyelidikan Tindak Pidana Pencucian Uang ini bertujuan untuk memiskinkan para pelaku.

Dia mengungkapkan pengungkapan kasus tersebut berupa Bermula dari temuan barang bukti narkotika yang melibatkan narapidana berinisial NH dan MM, penyidik Direktorat TPPU BNN kemudian melakukan analisa, penyelidikan, dan pemeriksaan terhadap barang bukti tersebut.

“Berdasarkan hasil penelusuran terhadap transaksi keuangan yang dikuasai narapidana berinisial NH dan MM, penyidik BNN bekerjasama dengan PPATK mendapatkan adanya aliran dana transaksi narkotika dari rekening NH dan MM ke rekening pihak ketiga yang dikuasai oleh tersangka AS alias YD. AS alias YD diketahui merupakan seorang residivis kasus narkotika dengan hukuman pidana 11 tahun pada tahun 2011,” tambahnya.

Terpidana narkotika NH dalam rentang waktu tahun 2014 – 2019 diketahui mentransfer uang hasil peredaran gelap narkotika.Sementara terpidana narkotika MM dalam rentan waktu tahun 2014 – 2016 telah mentransfer uang hasil peredaran gelap narkotika.

Bagikan: