Jakarta, Indo Merdeka – Harga minyak mentah dunia stabil diperdagangkan pada akhir pekan ini, tapi turun 1,5 persen dalam sepekan terakhir. Penurunan harga minyak dikarenakan kekhawatiran terhadap resesi.
Harga minyak mentah berjangka Brent naik tipis 13 sen ke posisi US$96,72 per barel, sedangkan minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS meningkat 27 sen menjadi US$90,77 per barel. Kendati naik, kedua harga acuan tersebut turun 1,5 persen dalam sepekan terakhir ini.
Mengutip Reuters, Minggu (21/8), harga minyak dunia sempat melonjak di tengah perdagangan karena ada dorongan untuk menaikkan suku bunga acuan The Fed. Tetapi, harga kembali landai setelah investor meyakini bahwa kebijakan bank sentral AS pada bulan ini ialah mempertahankan suku bunga.
Faktor lainnya, dolar AS kembali menguat mencapai level tertingginya dalam lima pekan terakhir, yang membatasi kenaikan harga minyak mentah. Sebab, harga minyak menjadi lebih mahal bagi pembeli dengan mata uang non-dolar AS.
Jim Ritterbusch, penasihat perdagangan minyak Ritterbusch and Associates, mengatakan tren dolar AS yang kuat akan menimbulkan hambatan besar terhadap kenaikan harga minyak yang berkelanjutan.
Haitham Al Ghais, Sekretaris Jenderal OPEC yang baru, mengaku optimistis tentang harga minyak tahun depan karena prospek permintaan yang kuat.
Di sisi lain, pasokan bisa ketat ketika pembeli Eropa mencari alternatif menggantikan minyak Rusia jelang sanksi yang diberlakukan pada 5 Desember 2022 mendatang.
“Hitung-hitungan kami, Uni Eropa perlu mengganti 1,2 juta barel per hari impor minyak mentah dari Rusia,” tulis konsultan FGE dalam sebuah catatan. Dikutip dari CNN Indonesia.