Palembang, Indo Merdeka – Gubernur Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) H. Herman Deru turut hadir di tengah-tengah peziarah pada puncak acara Ziarah Kubra Ulama dan Auliya Palembang Darussalam 1444 H, Minggu (12/3).
Gubernur Herman Deru membaur dengan ribuan peziarah berjalan kaki mulai dari Jl Letkol Nuramin, Lawang Kidul menuju Pemakaman Kesultanan Kawah Tengkurep 3 Ilir. Diiringi dengan tabuhan hajir marawis dan untaian qasidah, serta membawa umbul-umbul bertuliskan kalimat tauhid, asmaul husna dan asmaun nabi.
Herman Deru juga mengikuti rangkaian acara menziarahi makam-makam ulama dan kesultanan di Pemakaman Kesultanan Kawah Tengkurep 3 Ilir.
Gubernur Herman Deru mengatakan, hadirnya para peziarah dan ulama yang datang dari berbagai daerah di Indonesia bahkan dsri luar negeri, sebagai bukti Provinsi Sumsel khususnya Kota Palembang disebut sebagai kota yang religius.
Kendati demikian, Herman Deru juga mengingatkan agar masyarakat mampu menjaga tanggung jawab moril untuk menjaga status atau predikat Palembang Darussalam.
“Seluruh peziarah dari seluruh dunia mengikuti ziarah kubroh, untuk menghormati jasa para pahlawan agama kita, kita lihat masyarakat membaur jadi ini memang pantas kita disebut kota yang religius,” ungkapnya
Menurut Herman Deru dengan datangnya puluhan ribu penziarah dari segala penjuru, membawa berkah bagi pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang ada di Kota Palembang .
Hal tersebut dibuktikan dengan menjamurnya para pedagang perlengkapan salat diantaranya Kopiah, Baju Kokoh, Tasbih, dan lainnya. Tak hanya itu, terlihat juga pedagang pempek sepeda dan es berada sebelum gerbang komplek pemakaman.
“Ini juga secara langsung maupun tidak langsung mingkatkan perekonomian kita, terlebih tamu yang hadir mulai dari masyarakat hingga ulama dari dalam negeri dan luar negeri seperti Malaysia, Brunei Darussalam, Yaman, hingga Madinah,” tandasnya.
Untuk diketahui, Ziarah kubra adalah salah satu tradisi ziarah yang rutin dilaksanakan umat Islam di Palembang. Ziarah ini dilakukan setiap akhir bulan Sya’ban atau menjelang umat Islam berpuasa. Menariknya, tradisi ini diikuti ribuan peserta yang semuanya laki-laki dan tidak hanya dari dalam negeri, tapi juga dari luar negeri.