Palembang, Indo Merdek – Hari kedua Sepekan Seni Palembang 2021, menampilkan seni teater, yaitu UKM Simpony Polsri yang menampilkan Si Pahit Lidah. Palembang Main Club yang menampilkan Pantomim. Teater Teriak menampilkan sejarah Sultan Mahmud Badaruddin yang diasingkan.

Memang di masa Pandemi Covid-19, Penampilan teater hanya dapat disaksikan secara virtual melalui akun resmi YouTube Dewan Kesenian Palembang dan media sosial Pemerintah Kota Palembang.

Dengan adanya pentas Sepekan Seni ini, dunia teater Palembang kembali bergelora.

Ketua Komite Teater DKP, Hasan M.Sn menjelaskan bahwa jargon yang digunakan adalah Bincang Teater (Binter), dimana terjadi pergeseran teater selama masa Covid-19.

Seperti diketahui penampilan teater biasanya secara langsung, tetapi kali ini dilakukan menggunakan teknologi melalui media sosial.

“Teater itu berbicara artistik dan tata panggung. Maka dari itu teater harus siap perpindahan saat ini,” ujar Hasan di Guns Caffee, Rabu, (10/3/2021).

Ia berharap Covid-19 cepat berakhir, sehingga teater yang ada di Palembang bisa tampil lagi.

Pada Sepekan Seni 2021, Komite Teater DKP selalu menampilkan tentang budaya Palembang. Sehingga, budaya dan kesenian Palembang bisa hidup kembali dan banyak dikenal masyarakat luas.

Dengan kondisi saat ini dimana teater melakukan transisi dari tradisi dan modern berkolaborasi. Sehingga, memperkenalkan budaya dan seni bisa lancar dilakukan dengan teknologi.

“Harapan kedepannya teater di Palembang bisa mengisi panggung. Serta Komite Teater DKP akan mendata dan mendukung teater untuk tampil,” tutup Acan sapaan akrabnya.

Teater Itu Lentur

Seniman nasional, Rendra Bagus Pamungkas, melalui virtual, menyebutkan teater itu harus dilakukan secara langsung kalau tidak langsung itu bukan teater. Tetapi di masa sekarang karena Covid-19 terpaksa melakukan transisi sehingga pertunjukan teater bisa berjalan tanpa mengurangi nilai unsur teater.

“Teater itu lebih lentur untuk memilih ruangnya, sehingga di dalam teater itu banyak sekali cabang-cabangnya keilmuan yang bisa ditempuh,” jelas Rendra.

Kondisi Seniman Akan Terpuruk Jika Tak Ada Langkah dan Solusinya

Conie Sema, berpendapat bagaimana kondisi teater di masa Covid-19, beberapa mengalami perubahan karakter antara dimensi panggung luar dan panggung dalam, sehingga sampai saat ini masih merasa perdebatan untuk menyiasati kondisi sekarang ini.

Banyak problem kondisi teater pada saat ini, terdapat dua pandangan yang pertama memprestasikan dalam bentuk panggung, yang berhubungan langsung pada penonton dengan keramaian dan yang kedua yaitu memilih untuk panggung secara virtual.

“Kondisi seniman akan terpuruk jika tidak ada langkah-langkah dan solusinya,” tutur Conie.

Conie, berharap kedepannya harus ada tindakan, minimal petunjuk pelaksana teknis. Bagaimana pemerintah memberikan kesempatan untuk seniman melakukan pertunjukan memberikan insentif hingga kondisi ini normal kembali.

Proses Belajar di Panggung

Sementara Seniman Teater, Bung Yunus, menanggapi persoalan kondisi teater saat Covid-19, dimana kalangan remaja saat ini masih membutuhkan panggung dari pada virtual.

“Proses belajar di panggung sangatlah luar biasa, karena panggung adalah tempat yang istimewa,” tutup Yunus.

Pentas Virtul untuk Berekspresi Tidak Masalah

Lain halnya bagi Da Apuk, menurutnya pementasan secara virtual untuk berekspresi itu tidak masalah, akan tetapi bagaimana kita duduk berdirinya sebagai seorang seniman. Kedepannya seniman bisa merasakan bagaimana satu kenikmatan dalam memancing emosional antara pemain dengan penonton.

“Yang membuat adegan makin naik adalah bagaimana menutupi kelemahan pementasan secara virtual,” ungkapnya. (Putri)

Bagikan: