Jakarta, Indo Merdeka – Pandemi covid-19 berpengaruh terhadap kegiatan pemotongan hewan kurban jelang Hari Raya Iduladha 2021.

Berdasar data Kementerian Pertanian, pemotongan hewan kurban di Indonesia pada 2020 menurun sebanyak 10 persen.

Jumlah ternak kurban tahun 2020 lalu dipotong secara nasional berjumlah 1.683.354 ekor, terdiri dari domba 313.453 ekor, kambing 813.228 ekor, kerbau 14.773 ekor, sapi 314.274 ekor.

Hampir semua hewan yang disembelih untuk kurban berasal dari pasokan hewan lokal.

Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo mengatakan bahwa memang pada tahun 2020 terjadi penurunan, dan karena dikarenakan pandemi covid-19 maka diprediksi bahwa pada tahun 2021, jumlah hewan kurban akan kembali mengalami penurunan sekitar 10 persen.

“Karena melihat kondisi dengan pandemi covid-19, sehingga ada kemungkinan terjadi penurunan pemotongan terkait dengan hewan kurban,” kata Mentan dalam Diskusi Forum Merdeka Barat 9 (FMB 9) yang digelar secara virtual bertajuk “Ketersediaan Hewan Kurban Jelang Iduladha”, Senin (12/7/2021).

Mentan menambahkan, jika di-forecast setidaknya kebutuhan hewan kurban diperkirakan sebesar 1,5 juta ekor, dimana perkiraan tersebut sudah mencakup sapi kerbau, kambing dan domba.

Sedangkan untuk ketersediaan hewan kurban itu sendiri, lanjut Mentan, berdasarkan data Kementan, bahwa total ketersediaan untuk hewan kurban tahun ini sekitar 1.767.522 ekor, ini pun sudah mencakup sapi kerbau, kambing dan domba.

“Jadi jika kita melihat terkait dengan perkiraan jumlah potongan hewan kurban yang mengalami penurunan sekitar 10% dibanding tahun 2020, dan jika dibandingkan dengan ketersediaan dari pada hewan kurban saat ini, maka Insya Allah ketersediaan hewan qurban tahun ini masih bisa terpenuhi,” tegas Mentan.

Sementara Direktur Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian (Kementan) Nuryani Zainuddin menambahkan pandemi covid-19 telah memberikan dampak yang cukup signifikan terhadap distribusi hewan kurban maupun distribusi untuk pemenuhan kebutuhan daging, terutama dari sisi transportasi.

Menurut Nuryani, kondisi wabah COVID-19 ini, tentunya tidak semua alat transportasi itu bisa lancar dan hal ini mengganggu distribusi. Tidak hanya distribusi untuk hewan kurban, tapi juga distribusi untuk pemenuhan kebutuhan daging terganggu.

Dijelaskannya, pemenuhan kebutuhan akan protein khususnya dari daging sapi masih dipenuhi dengan impor. Dengan adanya pandemi covid-19, tentunya terjadi pembatasan-pembatasan di jalur distribusi.

“Dengan adanya pembatasan-pembatasan, kemudian dengan kondisi yang ada saat ini (covid-19), sehingga mencari kapal-kapal sulit. Misalnya pengiriman sapi impor dari Australia ke Indonesia, saat ini Australia menyamakan dengan mengirimkan ke negara Malaysia,” ujarnya.

Nuryani mengatakan, pihaknya saat ini terus berupaya mencoba menjaga stok daging yang ada di pasaran. Pihaknya pun melakukan pengawasan bersama dengan Kementerian Perdagangan, dan pemerintah daerah untuk menjaga kestabilan harga.

Dengan demikian, meskipun ditengah pandemi covid-19, diharapkan harga daging tidak melambung begitu tinggi.

Bagikan: