Jakarta, Indo Merdeka – Taliban dilaporkan mencambuk para demonstran perempuan yang menyuarakan protes mereka atas pemerintahan baru Afghanistan karena sama sekali tak melibatkan kaum hawa.

Salah satu perempuan peserta demonstrasi itu mengatakan seperti yang dikutip dari CNN bahwa Taliban menggunakan cambuk hingga tongkat untuk membubarkan massa yang berkumpul di Kabul pada Rabu (8/9).

“Kami berkumpul di sini untuk memprotes pengumuman pemerintahan di mana tak ada perwakilan perempuan di dalam pemerintahan itu,” ujar demonstran itu.

Ia kemudian bercerita, Taliban “memukul dengan cambuk dan menyuruh kami pulang dan mengakui serta menerima Emirat itu. Mengapa kami harus menerima Emirat, sementara tak ada inklusi atau hak yang diberikan kepada kami?”

Perempuan itu lantas mengacungkan kembali poster yang ia bawa. Poster itu bertuliskan, “Sebuah kabinet tanpa perempuan adalah pecundang. Pecundang.”

Menurut demonstran itu, Taliban juga menangkap sejumlah jurnalis yang meliput aksi tersebut. Ia pun mendesak agar Taliban membebaskan para jurnalis itu.

“Para pria yang datang ke sini untuk menjalankan tugas mereka sebagai jurnalis ditangkap. Mengapa kami harus membiarkan itu semua?” katanya.

Editor situs berita EtilaatRoz, Elyas Nawandish, juga mengunggah sejumlah foto yang menunjukkan dua jurnalisnya terluka ketika meliput aksi tersebut.

“Taqi Daryabi dan Neamat Naqdi, dua reporter untuk @Etilaatroz dipukuli setelah ditangkap Taliban. Mereka mengatakan bahwa mereka dibawa ke ruangan terpisah dan dipukuli Taliban. Mereka sedang dibawa ke rumah sakit untuk perawatan,” tulis Nawandish di Twitter.

Seorang jurnalis Los Angeles Times, Marcus Yam, juga mengaku sempat diancam Taliban ketika meliput aksi di Kabul tersebut.

“Ketika beberapa orang mencoba menahan saya, ada satu anggota yang terus mengganggu dan pada satu titik bergumam, ‘Orang asing.’ Ada beberapa orang lain yang sudah siap dengan cambuk,” tulisnya di Twitter.

Tak hanya jurnalis dan para demonstran, Taliban juga disebut memukuli remaja-remaja yang menyaksikan aksi protes tersebut.

“Seorang anak 16 tahun yang keluar rumah untuk sekolah, menggendong tas sekolah, dia digiring dan dipukuli. Banyak memar di tubuhnya juga tangannya. Dia kabur, tapi dua atau tiga orang Taliban mengejarnya,” ujar seorang demonstran perempuan lainnya.

Ini bukan kali pertama Taliban menerapkan kekerasan untuk menertibkan aksi di Afghanistan. Pada akhir pekan lalu, Taliban juga dilaporkan memukuli demonstran perempuan yang menggelar aksi di dekat Istana Kepresidenan.

Pada awal pekan ini, sejumlah orang juga tewas setelah Taliban melepaskan tembakan ke udara untuk membubarkan massa di Herat.

Seorang demonstran perempuan di aksi kali ini pun mengatakan bahwa sikap Taliban tersebut merupakan “bukti bahwa mereka tak bisa berubah.”

“Kami meminta komunitas internasional, terutama mereka yang selama 20 tahun belakangan mencoba memberikan hak kepada perempuan, ke mana para pembela hak perempuan itu sekarang?” katanya.

Sumber : CNN Indonesia

Bagikan: