Jakarta, Indo Merdeka – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkoreksi 0,52 persen dari level 6.126 menjadi 6.094 pada pekan lalu. Investor asing mencatatkan beli bersih senilai Rp1,05 triliun selama periode sama.

Analis PT MNC Asset Management Edwin Sebayang mengatakan pekan ini perdagangan saham bakal didominasi oleh sentimen eksternal atau global, terutama perkembangan tapering The Fed.

Ia menyebut fokus pelaku pasar tertuju pada hasil pertemuan Federal Reserve pada 21-22 September mendatang. Dua keputusan utama yang ditunggu-tunggu terkait dengan kebijakan suku bunga acuan dan penarikan pembelian obligasi negara.

Sedangkan di dalam negeri, ia menyebut investor akan memantau respons Bank Indonesia (BI) terhadap kebijakan The Fed. Selain itu, ia menyebut pasar sepi sentimen dari dalam negeri.

“Overall seluruh fokus investor ada untuk melihat perkembangan The Fed tanggal 21-22 September,” ujarnya, Minggu (12/9).

Di sisi lain, ia menyebut data pembukaan lapangan pekerjaan baru pada Agustus yang mengecewakan turut mempengaruhi pasar saham, obligasi, hingga forex.

Data yang dirilis Jumat (10/9) waktu setempat tersebut menunjukkan pemulihan ekonomi menciptakan sekitar 235 ribu pekerjaan. Sementara, survei Dow Jones menunjukkan konsensus para ekonom sebanyak 720 ribu pekerjaan baru selama Agustus lalu.

Data kurang menggembirakan tersebut kemudian menekan indeks Wall Street, dari Dow Jones, S&P, hingga Nasdaq kompak anjlok pada perdagangan Jumat (10/9).

Sentimen lainnya, imbuh Edwin, adalah harga komoditas yang akhir-akhir ini cukup fluktuatif. Harga minyak dan emas bergerak melemah, sementara nikel, timah, dan batu bara masih perkasa.

Ia memproyeksikan indeks bakal bergerak di rentang 6.000-6.150 pada pekan ini. “IHSG sulit tembus 6.200 karena masih perlu konfirmasi lanjutan terkait arah ekonomi,” ujarnya.

Edwin menyebut untuk pekan ini sektor yang menarik untuk dikoleksi adalah sektor yang bergerak di bidang pertambangan nikel, timah, dan batu bara. Selain itu, juga sektor yang terkena imbas positif pergerakan ekonomi, seperti properti, infrastruktur, dan peternakan.

Untuk pertambangan, ia merekomendasikan saham PT Aneka Tambang (Persero) Tbk atau ANTM, PT Timah Tbk (TINS), PT Vale Indonesia Tbk (INCO), PT Bukit Asam (Persero) Tbk atau PTBA, PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG), dan PT Adaro Energy Tbk (ADRO).

Lalu, untuk sektor infrastruktur ia menyarankan saham PT Jasa Marga (Persero) Tbk atau JSMR.

Sedangkan sektor properti ia merekomedasikan saham PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE), PT Summarecon Agung Tbk (SMRA), dan PT Pakuwon Jati Tbk (PWON).

“Saham berbasis teknologi seperti PT Bukalapak.com Tbk dan bank digital, terutama yang melakukan rights issue juga bisa dipantau,” kata dia.

Direktur Anugerah Mega Investama Hans Kwee menyebut pernyataan dari pejabat The Fed masih akan mempengaruhi pergerakan pasar pekan ini.

Misalnya, pernyataan Presiden Federal Reserve Chicago Charles Evans bahwa ekonomi AS belum keluar dari kesulitan kendati pertumbuhan ekonomi telah terlihat dan vaksinasi berjalan baik. Ia menyebut tantangan ke depan terkait dengan hambatan pasar tenaga kerja.

Ia mengatakan kalau pelaku pasar bakal menganalisis setiap pernyataan anggota The Fed guna membaca arah kebijakan sebelum diumumkan.

Di sisi lain, pelaku pasar juga menanti data Consumer Price Index (CPI) Agustus AS yang akan keluar pada Selasa mendatang. Diperkirakan indeks harga konsumen bakal berada di level 0,4 persen, bila di atas itu ia memprediksikan imbasnya ke pasar modal bakal negatif.

Pasalnya, kenaikan CPI yang mencerminkan pemulihan ekonomi bakal menambah alasan bagi The Fed untuk mengetatkan kebijakan moneter.

“Kalau CPI di atas 0,4 pasar kemungkinan koreksi karena The Fed kemungkinan akan mengumumkan tapering tahun depan jadi pasar kemungkinan volatile,” jelasnya.

Dia memperkirakan pasar bakal bergerak hati-hati cenderung melemah pada pekan ini dalam rentang 5.938-6.200.

Pekan ini Hans merekomendasikan PT Bank Pembangunan Jawa Barat dan Banten Tbk (BJBR) dengan strategi beli di harga 1.190-1.220 dan harga target di kisaran 1.260-1.300.

Kemudian, PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) dengan area akumulasi di level 2.000 sampai 2.130. Sedangkan target penguatan ke level 2.200 sampai 2.290.

Lalu, PT Smartfren Telecom Tbk (FREN) dengan strategi akumulasi di level 110 sampai 120 dan target penguatan ke level 126-135.

Sumber : CNN Indonesia

Bagikan: