Jakarta, Indo Merdeka – Amerika Serikat mengakui salah sasaran hingga menewaskan 10 warga sipil Afghanistan saat memburu ISIS-K di Kabul bulan lalu. Keluarga korban pun murka dan menuntut keadilan.

Keluarga korban melontarkan protes itu tak lama setelah Kementerian Pertahanan AS mengakui bahwa mereka melakukan kesalahan hingga menewaskan 10 warga sipil, termasuk Zamarai Ahmadi.

Seorang perwakilan keluarga korban, Emal Ahmadi, mengaku lega karena AS akhirnya mengakui kesalahan tersebut. Namun, ia tetap mempertanyakan alasan AS menyerang kompleks perumahan saudaranya.

“AS tahu bahwa di dalam area itu, di dalam mobil, ada anak-anak. Mengapa mereka menargetkan orang tak bersalah di kawasan itu?” ucap Emal.

Emal semakin berang karena salah satu yang tewas dalam serangan itu adalah putrinya sendiri. Putrinya itu tewas bersama paman, tujuh sepupunya, dan satu anak lainnya.

“Mereka semua tak bersalah, seperti putri saya yang imut. Dia sangat lucu,” tutur Emal.

Emal menuturkan kepedihannya ini di rumahnya Zamarai yang hancur karena serangan drone AS pada 26 Agustus lalu.

AS menyatakan bahwa serangan drone itu diperlukan untuk memburu tersangka ISIS-K yang diduga bakal melakukan teror lanjutan di bandara Kabul. Mereka pun menyatakan bahwa serangan itu sukses karena tersangka tersebut berhasil ditewaskan.

Saat itu, AS tak langsung mengonfirmasi bahwa serangan drone tersebut juga turut menewaskan warga sipil. Mereka hanya menyatakan bakal menggelar penyelidikan lebih lanjut.

Ketika akhirnya mengakui kesalahan AS pada pekan lalu, Menteri Pertahanan Lloyd J Austin juga mengucapkan belasungkawa kepada keluarga Ahmadi.

“Kami minta maaf dan kami akan belajar dari kesalahan buruk ini di masa depan,” ucap Austin.

Komandan Pusat Komando AS, Frank McKenzie, pun menyatakan bahwa Pentagon tengah mempertimbangkan memberikan ganti rugi kepada keluarga korban. Namun, ia mengaku kesulitan menjangkau orang di Afghanistan.

Namun, Emal mengaku belum dihubungi oleh pihak AS. Ketika ditanya yang ia inginkan dari AS, Emal menjawab, “Keadilan.”

Ia kemudian bercerita bahwa hatinya masih sakit karena harus menguburkan keluarganya sendiri beberapa pekan lalu. Keluarganya bahkan harus meminjam uang agar dapat menguburkan saudara-saudaranya itu karena mereka hidup dalam kemiskinan.

Saat ditanya mereka dapat memaafkan AS atau tidak, Emal hanya menjawab, “Mungkin.”

“Namun, bagaimana bisa? Saya kehilangan keluarga saya. Tak ada yang dapat mengembalikan mereka,” katanya.

Sumber : CNN Indonesia

Bagikan: