Jakarta, Indo Merdeka – Seorang perempuan Afghanistan yang merupakan rapper sekaligus aktivis, Sonita Alizadeh, mendesak para pemimpin dunia agar tidak tertipu janji palsu Taliban.

Alizadeh menuntut para pemimpin dunia terus membela hak asasi manusia, terutama hak perempuan dan anak perempuan Afghanistan di tangan rezim Taliban yang kini berkuasa di negara itu.

“Apa yang tersisa dari rakyat kita? Dan apa yang tersisa dari pencapaian 20 tahun (pendudukan AS)? Jangan tertipu oleh topeng yang ditampilkan Taliban di berita-berita,” kata Alizadeh dalam forum virtual di sela-sela pertemuan Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Ke-76.

“Kita tidak punya waktu,” katanya menambahkan.

Alizadeh dan keluargnya kabur dari Afghanistan dua dekade lalu ketika Taliban berkuasa. Salah satu alasannya pergi adalah karena perlakuan dan kekangan Taliban terhadap kaum perempuan.

Saat Taliban berkuasa di Afghanistan 1996-2001 lalu, kelompok itu menerapkan sederet aturan ketat yang disebut mereka sesuai dengan hukum Islam seperti melarang perempuan bekerja dan sekolah. Taliban tak jarang menerapkan hukuman seperti mencambuk dan memukul para pelanggar di depan publik.

Meski Taliban berjanji akan memerintah secara lebih terbuka dan melindungi hak perempuan, banyak pihak menganggap itu semua hanya janji manis kelompok tersebut demi meraup pengakuan internasional.

Alizadeh pun meminta komunitas internasional tidak mengakui rezim Taliban dan terus menjamin perlindungan hak asasi manusia, terutama hak kaum perempuan,

“Sepertinya kita semua tahu apa yang harus dilakukan. Tetapi pertanyaannya, siapa yang akan mengambil tindakan kali ini,” kata Alizadeh seperti dikutip Reuters.

Sementara itu Komisaris Tinggi HAM PBB, Michelle Bachelet, menuturkan ada ketakutan yang nyata dan gamblang di kalangan perempuan Afghanistan terkait kemungkinan penindasan brutal dan sistemik Taliban akan berulang.

Terlepas dari kekhawatiran dunia internasional, Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, justru mendorong negara-negara untuk menjalin hubungan dengan Taliban.

Menurutnya, itu menjadi satu-satunya cara untuk menekan Taliban supaya bisa menepati janjinya soal pemerintahan yang inklusif dan pemenuhan HAM.

Sumber : CNN Indonesia

Bagikan: