Jakarta, Indo Merdeka – Harga minyak menguat pada akhir perdagangan Rabu (2/2), waktu Amerika Serikat (AS). Penguatan terjadi setelah penurunan stok mingguan minyak mentah AS mengimbangi keputusan OPEC+ mempertahankan rencana kenaikan produksi moderat.

Tercatat, harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman April naik 31 sen menjadi US$89,47 per barel.

Penguatan juga terjadi pada harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Maret menjadi US$88,26 per barel.

Pada Jumat (28/1) lalu, kedua harga acuan mencapai level tertinggi sejak Oktober 2014, dengan Brent menyentuh US$91,70 dolar AS per barel dan WTI US$88,84 per barel.

Sejumlah analis menilai penjual telah melompat untuk mengambil keuntungan pada level ini meskipun secara fundamental bullish. Dalam catatan Rabu (2/2), analis Bank of America menilai pasar rentan terhadap kemunduran jangka pendek.

“Ada banyak resistensi di dekat US$90. Jadi kami melihat beberapa aksi ambil untung,” ujar Analis Price Futures Group Phil Flynn di Chicago seperti dikutip dari Antara.

Badan Informasi Energi AS (EIA) mencatat stok minyak mentah AS turun satu juta barel pekan lalu di tengah ekspektasi terjadi kenaikan. Sementara, persediaan produk sulingan juga turun di tengah permintaan yang kuat baik di dalam negeri maupun di pasar ekspor.

Di sisi lain, Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya termasuk Rusia (OPEC+) tetap menjalankan rencana yang telah disepakati sebelumnya untuk meningkatkan produksi sebesar 400 ribu barel per hari.

Hingga saat ini, aliansi produsen minyak global telah meningkatkan produksi sebesar 400 ribu barel per hari selama berbulan-bulan. Tahun lalu OPEC+ memangkas 10 juta barel per hari karena permintaan babak belur oleh pandemi covid-19.

OPEC+ menyalahkan kenaikan harga pada kegagalan negara-negara konsumen untuk memastikan investasi yang memadai dalam bahan bakar fosil saat mereka beralih ke energi yang lebih hijau.

Beberapa sumber OPEC+ juga mengatakan kenaikan harga dipengaruhi oleh ketegangan Rusia-AS yang telah memicu kekhawatiran bahwa pasokan energi ke Eropa dapat terganggu.

Sebelumnya, Washington menuduh Moskow berencana menyerang Ukraina, yang disangkal oleh Rusia, produsen minyak terbesar kedua di dunia. AS bahkan menyatakan akan mengirim hampir 3.000 tentara ke Polandia dan Rumania dalam beberapa hari mendatang untuk memperkuat sekutu NATO Eropa Timur.

Sumber: CNN Indonesia

Bagikan: