Pekanbaru, Indo Merdeka – Seiring dimulainya adaptasi kebiasaan baru Pandemi Covid-19, sejumlah lokasi tempat penginapan dari jenis Wisma hingga Hotel berbintang ditemukan maraknya peredaran prostitusi.
Setelah sekian lama bisnis penginapan redup karena masa Pandemi Covid-19,
dan saat ini sudah dimulainya aktivitas penginapan, ditemukan di beberapa penginapan bisnis prostitusi menjamur.
Amatan jurnalis beberapa hari belakangan, pemain prostitusi mencari tamunya via media sosial Michat.
Ditemukan disalah satu hotel, salah satu remaja berusia 13 tahun menjajakan dirinya bagi pria hidung belang dengan alasan ekonomi.
Begitu mendengar usia remaja gadis itu, penjaga hotel di kawasan Jalan Sisingamangaraja itu langsung mengusirnya.
“Saya usir mas. Karena masih anak anak loh. Kalau tadi agak dewasa kami terima dia memasuki hotel ini. Itupun karena tamu kita yang nginap disini mencarinya dari luar, kita nggak ada sediakan gituan,” ujar penjaga hotel yang meminta namanya tidak disebutkan, Senin (27/7/2020).
Penjaga hotel itu mengatakan, bahwa prostitusi marak beredar dari dunia Maya yakni Michat.
“Sebenarnya para pela**r itu berinteraksi dari Michat. Mereka jajakan dirinya dari situ, nawarkan diri lalu transaksi. Harganya lumayan dari 3 ratus sampai 8 ratus ribu rupiah. Tergantung kesepakatan,” kata pria bertubuh kurus itu.
Masih kata penjaga yang sudah bekerja selama tiga tahun di hotel kelas melati di Jalan Sisingamangaraja tersebut, pernah ada tamu dikabarkan kehilangan barang-barang berharga miliknya karena diambil oleh penyedia jasa seks itu.
“Ada dulu tamu yang kehilangan barang seperti handphone, dompet, uang. Yang ambil ya pelac** itu. Siapa lagi. Mereka kadang jual diri dijadikan tameng namun aslinya kriminal juga,” pungkasnya.
Sementara itu, hasil pantauan salah satu lokasi penginapan jenis hotel di areal Jalan Gatot Subroto, warga disekitar hotel berbintang tersebut mengaku melihat sekelompok anak baru gede alias ABG yang turut mencari tamu diseputaran hotel setiap malamnya.
“Mereka banyak. Sudah terorganisir. Ya pesannya dari Michat bisa. Harganya bervariasi. Kalau mau short time ya sekitar tiga ratus ribuan. Kalau dibawa nginap bisa nyampe satu juta rupiah mas. Mereka rata-rata berusia remaja. Biasanya marak mulai jam 12 malam sampai pagi dini hari,” kata warga yang meminta namanya dirahasiakan.
Masih kata warga tersebut, dirinya mengaku beruntung dengan kembalinya beroperasi hotel tersebut setalah masa PSBB dicabut dan memasuki adaptasi kebiasaan baru.
“Ya kita beruntung hotel bisa lagi buka terima tamu. Karena warung kopi kita jadi tempat persinggahan bagi tamu. Di hotel kan mahal harga makanan minuman. Kalau disini murah dan terjangkau,” katanya.
Hingga berita ini ditulis, petugas kepolisian masih belum terlihat melakukan operasi rutin atau razia. (Simon)





