Jakarta, Indo Merdeka – Bertepatan dengan HUT 75 tahun MPR mengelar seminar Majelis Syuro Internasional bertempat di Gedung Nusantara IV Komplek parlemen Jakarta sabtu, (29/8/2020).

Ketua MPR Bambang Soesatyo tampak hadir sampai acara usai yang dilanjutkan dengan jumpa pers. Dengan menghadirkan pembicara wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid secara virtual dan nara sumber akademisi dan dari Departemen Luar Negeri.

Syamsurizal anggota MPR dari Fraksi PPP menyatakan gagasan Majelis Syuro Internasional bukan bagian sistim Khilafah. “Gak ada hubungannya itu”, katanya.

Dijelaskan, Islam harus dilihat secara menyeluruh bahwa kondisi ummat Islam banyak yang miskin, terusir dari negerinya dan dari segi teknologi banyak yang tertinggal.

“Harus dibedakan Islam Phobia dengan Islam Lilrahmatin. Kita sebagai penduduk Islam terbesar harus merubah itu karena Timur Tengah dan OKI masih tidak bisa maksimal merubahnya dalam mengatasi krisis seperti konflik di Arab yang masih terus berlanjut”, paparnya.

Untuk diketahui secara lembaga, jelasnya lagi, ini bukan tandingan dari parlemen tetapi jadi penengah bahwa Islam agar mengambil prakarsa menjadi penengah untuk mengatasi krisis menjadi damai, katanya.

Jadi Majelis Syuro Internasional posisnya nanti berada di luar parlemen bukan cabang dari MPR dan bukan anggota parlemen, tambahnya.

Yang duduk adalah tokoh tokoh seluruh dunia yang punya kecakapan didalam membangun masalah umat. Dan ini jadi kewajiban kita semuanya untuk menciptakan perdamaian dunia, jelasnya.

“Pemimpin dari dunia Islam sudah banyak yang meminta Indonesia untuk jadi pemrakarsa karena alasannya bahwa kita bisa diterima oleh banyak negara lain”, tegasnya.

Perihal posisi Deplu menolak dilembagakannya Majelis Syuro Internasional atau hanya sekadar dijadikan forum. “Saya menilai tetap harus jadi Mejelis Syuro Dunia”, jawabnya.

Dan kesiapan Indonesia sangat tergantung pada kemampuan ekonomi Indonesia jika akan jadi headquarternya di Indonesia, jelas Syamsurizal anak Tokoh Partai Sarekat Islam di Riau. oce

Bagikan: