Jakarta, Indo Merdeka – Ditengah krisis menjadi pahlawan penyelamat ekonomi, setelah ekonomi normal. UMKM masih jadi simbol dari kantong kantong kemiskinan.

“Saya meneliti puluhan tahun sampai saya memisahkan UMKM yang mempunyai prospek berkembang baik, dengan UMKM yang pasarnya stagnan pasarnya tidak berkembang”, kata anggota DPR Hendrawan Supratikno dari Fraksi PDI Perjuangan dalam diskusi yang digelar di MPR di Jakarta senin (31/8/2020).

Ia meyakini dengan teori ekonomi yang mengatakan pasar akan bisa membuat usaha jadi besar karena akan lebih efisien.

“Sebaliknya titik lemah pelaku UMKM atau Small Is Beautiful banyak berlatar belakang karena dia tidak bisa masuk ke sektor formal. Sehingga pilihannya buyying jobs membeli pekerjaan dengan membuat usaha kecil-kecilan. Bukan lahir dari motif entrepreneur yang punya semangat kewirausahaan tinggi sehingga UMKM yang dibangun dengan managemant by kepepet”, katanya.

Dikatakan, malah pemenang Nobel Ekonomi 2019 menulis buku ilmu ekonomi tentang kemiskinan. Dan menyebut UMKM ini jangan dipikirkan lagi bahwa semakin banyak UMKM semakin nggak menggembirakan, justru jangan-jangan kemiskinan semakin berat, sitirnya.

Sebaliknya, jika perusahaan besar menghasilkan produk dalam jumlah yang besar maka harga jual bisa lebih rendah, itu namanya skala ekonomi, imbuhnya.

Sementara, kalau UMKM apa daya saingnya yakni fleksibilitas dan lincah dalam merespon perubahan ekonomi. Oleh sebab itu mari kita selalu membekali dan mempersenjatai usaha kecil untuk pandai beralih usaha dengan cepat. Syarat untuk beralih usaha dengan cepat apa. Teori ekonomi mengajarkan harus mempunyai modal kerja yang cukup, tegasnya. (oce)

Bagikan: